SIMDARA (Sistem Informasi Data Program Berbasis Web) sebagai sarana dan media penyebarluasan informasi dan data Bidang Peternakan pada BPTPKH Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Banjarbaru

Sabtu, 08 Juni 2019

UROLITHIASIS PADA KUCING


ABSTRAK

Oleh : drh. RINA PARLINA
NIP :19770904 201101 2 001
Jabatan : Medik Veteriner Muda

Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan manusia yang harus dijaga kesehatannya. Salah satu penyakit yang dialami oleh kucing adalah Urolithiasis yang menyerang saluran perkemihan. Terbentuknya urolith sering diakibatkan oleh makanan yang mengandung protein tinggi, protein ini dikeluarkan oleh urine dalam bentuk urea, kemudian pada infeksi bakteri Staphylococcus aureus atau proteus akan mengalami hidrolisis menjadi dua bentuk molekul ammonia (NH3) dan karbondioksida (CO2). Pemeriksaan laboratorium sederhana seperti pemeriksaan PH urine dapat mendukung diagnosa pasti. Metabolisme protein hewani dari pakan akan menyebabkan PH lebih asam, sedangkan jika dari sumber protein nabati akan menyebabkan PH urine lebih basa atau alkalis. Urine juga cenderung lebih basa segera setelah makan.


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kucing merupakan hewan kesayangan manusia yang harus dijaga kesehatannya. Salah satu penyakit yang dialami oleh kucing adalah Urolithiasis yang menyerang saluran perkemihan. Pada umumnya terjadi di dalam vesica atau urethra, meskipun kadang terjadi pada renal atau ureter. Penyakit ini dapat menimbulkan kesehatan yang serius bahkan bisa menimbulkan kematian.
Terbentuknya urolith pada hewan kesayangan disebabkan oleh :
  • Komposisi pakan dan pengaruhnya pada PH urine. Hal ini biasanya terjadi pada penggunaan pakan berprotein tinggi terus menerus dan mulai menimbulkan gejala klinis menginjak bulan kelima,
  • Infeksi saluran perkemihan,
  • Ras anjing dan kucing tertentu yang secara genetik mudah mengalami urolithiasis.
Sangat penting mengetahui penyebab – penyebab terjadinya urolihiasis serta gejala klinis yang ditimbulkannya sehingga dapat melakukan pengobatan dan pencegahan sedini mungkin. Penderita urolithiasis khususnya yang bersifat obstruktif, harus segera ditangani untuk mencegah komplikasi pada penderita, sehingga memperparah penyakit.

B.    Rumusan Masalah
1.    Apa definisi Urolithiasis ?
2.    Bagaimana proses terjadinya Urolithiasis ?
3.    Bagaimana langkah penanganan dan terapi Urolithiasis ?

C.    Pemecahan Masalah
1.    Definisi Urolithiasis
2.    Proses terjadinya Urolithiasis
3.    Langkah penanganan dan terapi Urolithiasis

D.    Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dibuatnya karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.    Sebagai salah satu pelengkap DUPAK Medik Veteriner Muda untuk ke jenjang berikutnya.
2.    Memberikan pengetahuan kepada pencinta hewan kesayangan khususnya kucing jika menemui gejala klinis Urolithiasis pada kucing peliharaan mereka
3.    Memberikan pengetahuan kepada pecinta hewan kesayangan khususnya kucing dalam perawatan dan pencegahan penyakit Urolithiasis.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Urolithiasis
Urolithiasis berasal dari bahasa Yunani, yaitu ouron yang berarti urine dan lithos yang berarti batu. Jadi Urolihiasis merupakan istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya batu pada saluran perkemihan.

B.    Proses Terjadinya Urolithiasis
Beberapa teori disampaikan tentang proses terbentuknya urolith, yaitu :
•    Teori Supersaturasi yang mengakibatkan pembentukan kristal.
•    Teori Presipitasi – Kristalisasi.
    Pengaruh inhibitor kristalisasi serta inhibitor agregasi dan pertumbuhan kristal.
•    Teori Matriks – Nukleasi.
Terjadi karena efek promotor pada agregasi dan pertumbuhan kristal
•    Teori Inhibisi – Kristalisasi.
Terjadi karena matriks non kristal
•    Kombinasi dari kesemua teori
Terdiri dari dua tahapan yaitu inisiasi dan pertumbuhan. Faktor yang memulainya berbeda beda tiap individu. Fase nukleasi atau inisiasi ini tergantung pada kejenuhan urine dengan kristaloid kalkugenik. Tingkat kejenuhan urine dipengaruhi oleh besarnya ekskresi kristaloid, PH urine, inhibitor atau promotor kristalisasi dari renal ke dalam urine. Kadang – kadang matriks protein non kristal juga berperan dalam nukleasi.
Nukleasi terdiri dari homogen dan heterogen. Nukleasi homogen terjadi secara spontan dalam kondisi urine sangat jenuh tanpa adanya bahan asing. Sedangkan nukleasi heterogen dikatalisis dengan bahan asing. Urine mengandung banyak kotoran sehingga mendorong terjadinya nukleasi heterogen mengakibatkan terjadinya kristal.
Urine mengandung ion – ion dan protein – protein yang bergabung dengan kalsium dan asam oksalat sehingga bisa larut.
Urolithiasis didahului proses infeksi saluran kemih oleh bakteri – bakteri yang memiliki enzim urease yang juga mampu membentuk kalkuli sekitar 4,5 minggu setelah terjadinya infeksi pada saluran kemih (Ettinger dan Feldman, 2005).

Terbentuknya urolith sering diakibatkan oleh makanan yang mengandung protein tinggi, protein ini dikeluarkan oleh urine dalam bentuk urea, kemudian pada infeksi bakteri Staphylococcus aureus atau proteus akan mengalami hidrolisis menjadi dua bentuk molekul ammonia (NH3) dan karbondioksida (CO2). Selanjutnya ammonia akan merusak urethelium dan jumlahnya meningkat cepat membentuk kristal magnesium ammonium phosphat. Kristal ini membentuk urolith struvit dengan kandungan 90 – 95% kristaloid sedang, 5 – 10% adalah urine.

Sistem perkemihan berfungsi mengekskresikan bermacam –macam produk buangan tubuh. Sistem ini juga penting sebagai faktor untuk mempertahankan homeokinesis. Meningkatnya konsentrasi suatu zat dalam darah cenderung akan meningkatkan ekskresi zat tersebut (Ganong, 1987).

Pakan harus mengandung protein, fosfor dan natrium yang rendah untuk kucing yang menderita gangguan ginjal dan hati. Pakan harus mengandung magnesium yang rendah serta tetap mempertahankan urine dalam keadaan asam pada kucing yang mengalami struvit urolithiasis (Perdawinata, 2005). Pakan harus mengandung kalsium , oksalat dan natrium yang rendah untuk kucing yang mengalami urolithiasis oksalat (Lakcharoensuk et al., 2002; Perdawinata, 2005).
Retensi urine dapat memicu terjadinya urolith. Kandungan urolith sangat tergantung pada suasana asam basa dalam sistem perkemihan (Holt, 1983; Boudaroua, 2000; Vedrenne et al., 2003).

Proses – proses ekskresi dan reabsorbsi sistem perkemihan akan mempengaruhi PH urine. Gangguan sistem perkemihan berdasarkan analisis urine dapat dilihat dari PH urine, kandungan albumin dan bilirubin. Indikator pertama gangguan pada glomerulus dengan adanya albumin pada urine sebelum timbulnya albuminimea. Di lain pihak juga bisa diindikasikan selain adanya penyakit sistem perkemihan atau yang berkaitan dengan sistem lain (Thuduim et al., 2001; Stockhom dan Scot, 2002).

Pakan kucing siap saji maupun pindang tidak menimbulkan abnormalitas pada sistem saluran perkemihan ditinjau dari PH, adanya albumin, dan bilirubin dalam urine. Pemberian cat food menimbulkan PH urine alkalis, sedangkan pemberian pindang menimbulkan suasana urine asam, namun dalam kisaran normal. Baik pada kucing yang diberi pakan siap saji dan pindang keduanya tidak ditemukan bilirubin dalam urine (Kusumawati dan Sardjana, 2004).
Pemberian pakan kering pada kucing umumnya mempunyai kandungan serat yang tinggi dan sedikit yang dapat dicerna, dimana akan terjadi peningkatan asupan magnesium, sehingga kuantitas feses yang besar dan vo;ume urine menurun. Menurunnya volume urine dapat menyebabkan konsentrasi magnesium dan kalkuli yang lain pada urine menjadi tinggi (Burger et al., 1980). Sehingga terjadilah obstruksi urethra. Oleh karena itu jika menggunakan pakan kering pada kucing sebisa mungkin diimbangi dengan peningkatan jumlah air minum.
Bila kucing mengalami dehidrasi, muntah, penurunan berat badan drastis disertai obstruksi urethra maka diperlukan pemeriksaan kimia darah dan pemberian cairan elektrolith.

C.    Langkah Penanganan dan Terapi Urolithiasis
Pemeriksaan laboratorium sederhana seperti pemeriksaan PH urine dapat mendukung diagnosa pasti. Metabolisme protein hewani dari pakan akan menyebabkan PH lebih asam, sedangkan jika dari sumber protein nabati akan menyebabkan PH urine lebih basa atau alkalis. Urine juga cenderung lebih basa segera setelah makan.

Sebagian besar kasus memerlukan USG, radiografi abdominal dan radiografi urethra menggunakan media kontras.
Pemeriksaan kalsium darah diperlukan pada penderita kalsium oksalat atau kalsium fosfat. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan hormon paratiroid, untuk mengevaluasi tingginya konsentrasi kalsium di dalam darah.
Terapi yang dilakukan bisa dengan memberikan pengasam urine atau menggunakan bahan obat yang bisa membuat urine menjadi basa sehingga dapat mengeluarkan bahan tertentu. Pemberian antibiotika dilakukan jika disertai infeksi pada saluran kemih. Tindakan bedah dilakukan jika terjadi obstruksi pada saluran perkemihan. Pemberian pakan yang bersifat kalkulolitik juga sangat bagus karena bisa menghancurkan urolith struvit baik di vesica urinaria maupun di ginjal karena dapat mengasamkan urine, mengencerkan urine sehingga mengurangi saturasi magnesium, ammonium dan fosfor. Pemberian pakan jenis ini adalah langkah utama untuk mengeliminasi urolith atau sebagai langkah sekunder setelah urolith dikeluarkan menggunakan metode lain untuk memastikan seluruh urolith atau pecahan-pecahan urolith yang ada terbuang semua.

Pengobatan urolithiasis yang paling sederhana adalah melalui makanan yang rendah magnesiumnya serta tetap menjaga suasana PH urine asam sekitar 6. Jika ada urolith struvit pada kucing maka diutamakan pakan yang mengandung NaCl untuk meningkatkan volumea urine dan methionine sebagai zat pengasam urine. Tetapi pengobatan ini dilakukan hanya 2 sampai 4 minggu saja. Selama pengnobatan PH urine diukur 4 – 8 jam setelah pemberian obat-obatan.

Pemberian batugin elixir mampu mengobati urolith cystine. Penelitian Wen dan Karen (2012) bahwa bahan herbal crystal clair mampu menghancurkan urolith kalsium oksalat, struvit dan cystine.Obat penghancur urolith yang lain adalah asam asetohidroksamid sebagai inhibitor urease yang bisa membuat suasana lebih asam pada urine dan melarutkan struvit pada urine. Pemberian allopurinol untuk terapi urolith urat sebagai penghambat xantine oksidase (Sardjana, 2006). Selain itu meningkatkan asupan air minum pada kucing dan pakan basah sangat bagus dalam meningkatkan volume urine.
Lithothripsy adalah upaya menghancurkan urolith yang berukuran relatif besar menjadi sangat kecil sehingga diharapkan dapat melalui saluran kemih bersama urine keluar saat urinasi. Menggunakan berbagai macam peralatan, salah satunya adalah laser.

Urohydropropulsion merupakan tindakan non bedah dengan mendorong urolith keluar melalui orificium urethra atau kembali ke dalam vesika untuk kemudian diambil dengan bedah sistotomi. Pada kucing dengan menggunakan tomcat kateter steril dimasukkan kedalam urethra. Pemberian antibiotika dimaksudkan untuk mencegah infeksi vesika saat tindakan kateterisasi. Pemasangan kateter dilakukan selama 2 sampai 7 hari, diikuti pemberian bethanechol per oral selama 7 sampai dengan 10 hari. Pemberian bethanechol ini untuk menstimulasi konstruksi otot destrusor dan menstimulasi kontraksi spincter urethra.

Tindakan terakhir adalah bedah sesuai prosedur bedah pada umumnya.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
•    Sangat penting mengetahui penyebab – penyebab terjadinya urolihiasis serta gejala klinis yang ditimbulkannya sehingga dapat melakukan pengobatan dan pencegahan sedini mungkin.
•    Pakan harus mengandung protein, fosfor dan natrium yang rendah untuk kucing yang menderita gangguan ginjal dan hati.
•    Pakan harus mengandung magnesium yang rendah serta tetap mempertahankan urine dalam keadaan asam pada kucing yang mengalami struvit urolithiasis.
•    Pakan harus mengandung kalsium, oksalat dan natrium yang rendah untuk kucing yang mengalami urolithiasis oksalat.

B.    Saran
•    Mengatur keseimbangan pakan kucing dengan asupan air yang masuk ke dalam tubuhnya.
•    Lebih memperhatikan gerak gerik urinasi kucing setiap harinya agar penyakit urolithiasis dapat dideteksi secara dini.
•    Lakukan minimal sekali dalam setahun pemberian pakan yang mengandung zat-zat yang dapat mencegah terjadinya urolithiasis.

DAFTAR PUSTAKA
Boudaroua P, 2000, Les Urolithiasis canines en Pratique L’Action Veterinale, 1503  934): 1 – 7.

Burger IH, Anderson RS, & Holme DW, 1980. Nutritional Factors Affecting Water Balance in The Dog. In : Nutrition of the Dog and Cat (Anderson, RS, ed.). pp. 145 – 156. Pergamon Press, Oxford, UK.

Ettinger SJ and Feldman EC, 2005, Textbook of Veterrinary Internal Medicine. Elsevier Saunders, USA.

Ganong WF, 1987, Review of Medical Physiology, Appleton & Lange.

Holt P, 1983, Urinary Incontinencia in The Dogs. In Practice 5 (5): 167 – 173.

Kusumawati D, Sardjana IKW, 2006. Perbandingan Pemberian Cat Food dan Pindang terhadap PH Urine, Albuminuria dan Bilirubinuria Kucing. Media Kedokteran Hewan. 22 (2). 131 – 134.

Lekcharoensuk CL, Osborne CA, and Lulich JP, 2002. Evaluation of trends in frequency of urethrotomy for treatment of ureththral obstruction in cats. JAVMA, 221: 502 – 505.

Perdanawinata AE, 2005. Manajemen Pakan Pada Kucing. Seminar Ilmiah Kasus Medis dan Non Medis di Meja Praktek Dokter Hewan, Yogyakarta, Indonesia.

Sardjana IKW, 2006. Keberhasilan Urethrotomy dan cystotomy untuk terapi urolithiasis pada anjing dan kucing. Media Kedokteran Hewan, 22 (1), 62 – 67.

Sardjana IKW, Triakoso N, 2014. Urolithiasis Pada Anjing dan Kucing. Airlangga University Press. 3 – 46.

Stockhom SL and MA, Scot, 2002. Fundamental of Veterinary Clinical Pathology, Iowa State Press.

Thudium D, D. Adam, T. Sellers, S. Rahm, D. Ennulat, and L. Schwartz, 2001. Urinary albumin assensitive marker for nephropathy in age male rat, America Society for Vet, Clinic, Pathol, Annual meeting, 30 (3) : 152.

Vedrenne N, JP. Cotard, dan B Paragon, 2003. Feline Urolithiasis : current epidemiology, Point Veterinaire. 34 (232) : 44 – 48.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Logo Inovasi

Recent Post